Why Direct Labor is Still the Backbone of Manufacturing?

Mengapa tenaga kerja masih menjadi tulang punggung industri manufaktur?

Ada beberapa istilah yang selama satu tahun terakhir ini sering kita gunakan. Istilah seperti “isolasi”, “jaga jarak” dan …. “On line”. Saat dunia perlahan mulai pulih dari gangguan global terbesar dalam sejarah baru baru ini, beberapa istilah mulai sering kita dengar sehari-hari. Namun ada pula istilah lain yang muncul sebagai akibat dari pandemi, yang kemungkinan akan tetap ada dalam dunia bisnis untuk beberapa waktu ke depan.


3 Tantangan bagi tenaga kerja manufaktur

Gangguan yang disebabkan oleh COVID-19 telah menyorot peran vital dan kerapuhan tenaga kerja industri manufaktur. Mari kita bahas efeknya pada tenaga kerja secara langsung :

Virus
Istilah "virus" tidak pernah terdengar bagus atau menarik. Virus buruk bagi tubuh kita dan buruk juga bagi infrastruktur digital kita. Istilah virus ini menakutkan. Namun ia telah memasuki dunia manufaktur dengan banyak cara. Pada bagian kesehatan dan keselamatan  di tempat kerja, di mana langkah-langkah ekstra dan kebijakan keselamatan harus dikembangkan dan dikomunikasikan untuk membantu karyawan  dalam melawan penyebaran virus. Ada juga bagian manajemen tenaga kerja. Hilangnya jam kerja karena karyawan terpapar virus atau ketidakmampuan untuk merubah lingkungan kerja menjadi kerja jarak jauh telah menghadirkan tantangan nyata — belum lagi hilangnya tenaga kerja karena memasuki usia pensiun, salah satunya.

Vital
Mayoritas perusahaan manufaktur masih sangat bergantung pada tenaga kerja untuk datang setiap hari  untuk melakukan seperti mencetak polimer, mengubah bentuk logam,  mengerjakan mesin cetak injeksi dan masih banyak lagi. Area pabrik masih membutuhkan tenaga kerja karena orang-orang ini sangat vital bagi bisnis. Sama halnya dengan tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan saat pandemi, tenaga kerja dibutuhkan untuk menjaga jalur produksi tetap beroperasi di pabrik. Teknologi seperti AI dan machine learning memungkinkan menggabungkan keduanya tetapi yang jelas jelas membedakan bagi industri manufaktur adalah tenaga kerja ini memiliki keterampilan  khusus.


Rapuh
Pandemi COVID-19 telah menciptakan kerapuhan dalam ekosistem manufaktur global. Ini telah menunjukkan kepada kita betapa rentannya tenaga kerja industri manufaktur, dengan banyak lini bisnis yang harus melakukan penyesuaian besar untuk melindungi bisnis mereka. Hal ini juga membuktikan rapuhnya sistem informasi dan protokol, terutama yang telah dibuat selama bertahun-tahun. Sistem informasi perlu berevolusi untuk mendukung area pabrik menjadi lebih baik. Evolusi sistem ini bahkan telah memicu minat baru dalam solusi augmented reality untuk mengimbangi kurangnya pengalaman di area pabrik.


Mendefinisikan Ulang Area Pabrik
Dalam artikel terbaru yang ditulis untuk Industry Today, Glenn Graney, Direktur Industrial and High Tech QAD, berbagi mengenai mengapa tenaga kerja masih menjadi tulang punggung industri manufaktur dan seperti apa solusi yang dibutuhkan dalam lingkup  menyeimbangkan pelatihan dan pengalaman dengan peran dan teknologi.
“Dinamika tenaga kerja yang rentan tidak lagi selaras dengan tenaga kerja yang bekerja di mesin/pos yang sama selama beberapa dekade. Personil area pabrik harus menjadi generalis yang dapat bergerak dengan lancar dari satu peran ke peran lainnya dengan melakukan berbagai pekerjaan yang berbeda. Ini membutuhkan pembagian pekerjaan yang harus dipelajari dengan cepat, dapat dikelola, dan penyampaian informasi kontekstual. Sistem informasi harus berkembang dengan cepat untuk mengimbangi kurangnya pelatihan dan pengalaman jangka panjang.” — Glenn Graney, Direktur Industrial and High Tech.
Untuk mempelajari lebih lanjut, baca artikel lengkapnya di Industry Today, dan lihat infografisnya disini.